Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

PROMISE

sedikit karangan karya gue :D


PROMISE


1

“Ayo Lily !”
“Apa kau berjanji tak kan mengganggu Onoval lagi?”.
“Iya aku janji !”
kucium bibirnya seketika demi Onoval . Hanya ini cara satu – satunya agar Jenie tidak mengganggu lagi dengan teman – temannya .
         “Lily!!”
teriak Onoval menangkap basah aku yang sedang berciuman dengan Jenie di tepi sungai dekat rumahku . Aku pun spontan melepaskan bibirku yang semula melekat dengan bibir Jenie .
         “Onoval?”
Aku dibuat kaget dengan kedatangan Onoval yang tiba – tiba .
         “kau bilang tak’kan ada yang tau kalau kita disini” ucap Jenie juga tak menyangka .
         “aku tak tau Jen , kenapa Onoval ada disini”
Onoval bergegas pergi berlari . Kelihatan wajahya kecewa. Tentu aku menyusulnya . Kuinggalkan Jenie sendiri di tepi sungai .
         Aku kehilangan langkah kakinya yang sangat kilat entah kemana larinya . setelah beberapa lama kemudian , aku baru menemukannya lari masuk ke dalam rumah yang agak jauh dari rumahku .
Ku ketuk-ketuk pintu rumahnya , tapi tak kunjung di buka juga . Itu karena orangtua Onoval tidak ada dirumah . Kugunakan akal sehat ku untuk pergi ke jendela dimana disitu lah kamar Onoval berada . Kuintip dia yang sedang berbaring murung di tempat tidur . Sepertinya dia benar-benar sedih dengan tindakanku bersama Jenie tadi. Akan kucoba menjelaskan secara detail nanti setelah aku bisa berbicara dengan Onoval .
         “Onoval?” ucapku sambil terus mengetuk .
Dia berhasil menoleh kepadaku dan menghampiri dengan langkahnya yang malas melangkah . Di buka jendela tempat aku berdiri di depannya .
         “Apa aku boleh masuk?” tanyaku dengan menatap matanya dalam – dalam , dan tanpa mengeluarkan kata – kata . Dia mengulurkan tangannya untuk membantuku masuk melalui jendela yang seharusnya tidak dijadikan pintu lewat . Duduk diatas ranjang sambil kupegang erat tangan Onoval .
         “Dengarkan penjelaskanku dulu !”
Onoval hanya memandangiku bisu .
  “Aku hanya mencintaimu seorang . Percayalah aku melakukan itu karena hanya ingin membantumu agar mereka tidak mengganggumu lagi!”
         “Kenapa harus dengan menciumnya?” Sekian beberapa menit Onoval membisu , akhirnya Onoval mengeluarkan kata.
         “karna hanya itu satu – satunya cara . Kumohon mengertilah”
         “kau masih mencintainya?”
         “tentu saja tidak ! bahkan tidak sama sekali! Aku sudah milikmu tapi Jenie masih mencintaiku”
         “yakinkan aku kalau kau benar – benar sudah menjadi milikku tanpa ada Jenie”
Menciumnya itlah yang kulakukan selama 1 menit . Kuanggap ciumanku dengan Jenie tak pernah ada . Dan inilah ciuman sesungguhnya, bersama Onoval kekasihku .
         “Apa itu sudah cukup bukti ? J . kataku kudapati wajah polos Onoval yang bengong. Mungkin dia tak pernah mengira aku bakal melakukan ini untuk kedua kalinya . Ciuman pertamaku dengannya dulu ketika aku tak sengaja terjatuh dan menubruknya dari depan saat berjalan di samping asrama sekolah.  Dan kini kuulangi lagi. Kali ini taka da unsur ketidaksengajaan , melakukan tulus dari hati .
         “kau mencium bibirku?”
         “kau fikir aku sedang apa?”
Senyum manis yang dia persembahkan untukku selama dari tadi kekosonganlah yang kuterima . Aku mengiringi senyuman Onoval . dan Onoval memelukku erat seakan tak mau terlepaskan. Lebih baik begini daripada harus melihatnya kecewa.
         “Anggap saja kejadian antara aku dengan Jenie di tepi sungai tadi tidak pernah terjadi . Itu semua sama sekali tak pernah aku inginkan , karna aku juga sudah tidak mencintai Jenie lagi”
         “Apa cintamu hanya untukku?”
         “yaah, Seperti yang kau lihat saat ini”
         “I love you Lily”
         “Love you too Onoval”
Disaat lagi merasakan hangatnya pelukan tiba-tiba ayah dan ibu Onoval membuka pintu kamar . Kulepaskan pelukan Onoval sambil tersenyum gerogi kepada orang tuanya.
         “Wah, lihat Yah , si kecil kita ketahuan membawa seorang gadis kekamarnya”, kata ibunya tak memperlihatkan wajah marah sedikitpun begitu juga dengan Ayangnya yang sumringah saja .
         “Ayah ,Ibu”
         “Paman,Bibi”
         “ Ini yang namanya Lily Onoval?” Tanya ayahnya meraba kedua pipiku .
         “Iya Yah , ini Lily pacaar Onoval J
         “Kau tinggal dimana sayang?” giliran ibunya bertanya .
         “Diseberang dekat kota Bibi J
         “Ayah , Ibu biarkan Onoval dan Lily berdua, sebaiknya Ibu buatkan makanan hehe”
         “Oke oke, Ibu akan buatkan makanan”
Senang bisa akrab dengan kedua orang tua Onoval yang sebelumnya belum pernah ku bertemu selama berpacaran dengan anaknya . Sungguh baik Ayah dan Ibunya .
Ditinggalkan aku dengan Onoval di kamar.
         “Jangan pulang dulu sebelum kenyang!”
         “Kenapa kalau aku pulang?”
         “Karena Ibu tidak menyukai orang yang      tidak menghragai masakannya hehehe”
         “Baiklah akan kutunggu sampai aku pulang terasa kenyang”
Sambil menunggu makanan , aku dan Onoval menyatukan kelingking kita untuk berjanji tidak ada salah paham lagi diantaranya.
         Dering sebuah ponsel merayuku untuk mengangkatnya. Setelah kulihat ternyata Jenie menelfonku. Tak mungkin aku mengangkat telepon darinya sementara baru beberapa menit aku baikan dengan Onoval. Jadi aku lebih memilih untuk merejectnya saja .
         “Kenapa tidak diangkat?” Tanya Onoval
         “hanya panggilan iseng” jawabku sedikit      bohong.
         “aku ingin bicara sesuatu Lily..”
         “Bicaralah , karena aku selalu setia mendengarkannya”
         “Tahukan kamu kalau aku sangat mencintaimu”
Mendengar perkataan Onoval yang seperti itu, aku jadi teringat akan kata – kata Jenie yang memberi pilihan kepadaku, yaitu meninggalkan Onoval atau menciumnya 3 kali dalam satu minggu ini . Semua itu pilihan yang sangat berat bagiku . Aku tak mau kehilangan Onoval dan aku juga tak mau melihat Onoval di ganggu setiap hari oleh Jenie dengan teman – temannya . ( maafkan aku Onoval atas semua ini L )
         “kenapa kau bengong?” , Tanya Onoval
         “Taka pa, aku juga sangat mencintaimu       Onoval J
         “Aku suka itu”
         “Apa aku juga boleh ngomong sesuatu?”
         “Katakanlah apa yang ingin kau omongkan?”
         “Berat untuk menyampaikannya, kuyakin   kau akan terpukul mendengarnya”
         “akan kucoba tidak seperti itu”
         “Maaf sebelumnya, karna aku tlah terlibat            janji dengan Jenie”
         “Janji? Janji apa?”
         “Soal ciuman tadi”
         “Ohh, yang lalu biarlah berlalu”
         “Bukan itu masalahnya, dia memintaku                untuk menciumnya 3 kali dalam seminggu          ini L . Maafkan aku Onoval…” Rasa      sedihlah yang aku keluarkan.
Dia hanya mengangkat kedua alisnya tanpa respon apapun. Dalam hatiku berharap sangat kalau Onoval tidak marah dan mengerti kenapa aku menerima perjanjian itu.
         “Kau boleh melakukan apa saja asal kau tak        marah denganku”
         “Jadi ekspresi apa yang layak untuk kau              terima?”
         “Tersenyumlah karna aku mempercayai kau         tidak benar – benar tulus ingin menciumnya        kedepan nanti”
         “Kau benar Lily J
         “Jadi?”
         “Senyum ini untukmu seperti apa yang kau          inginkan”
         “Maaf sekali lagi”
         “Tak apa selama kau tidak milik Jenie lagi”
Rasanya lega banget mendengar semua yang keluar dari mulut Onoval. Serasa beruntung aku bisa bersamanya .
         “Sayaang? Makanan sudah siap” , teriak Ibu Onoval dari ruang tengah yang menunggu aku dan Onoval segera menuju ke meja makan bersama satu keluarga kucil yang harmonis ini.
         “Iya Bu , kami segera kesana”
Digandengnya tanganku menuju keruang tengah.
Onoval menatakan kursi untukku duduk disampingnya .
         “Sekarang ayo kita makan bersama, Lily      sayang ayo dong di coba masakan Bibi”
         “Iya Bi, pasti dicoba kok”
         “Seneng deh kalau rame kayak gini”
         “Bisa aja Inu ini”, sahut Onoval
Setelah kucoba soup buatan Bibi Owen (nama Ibu Onoval) ternyata masakannya tak kalah hebat dengan masakan di restoran . So perfecto .
         “Enak Bi soupnya, hehe” pujiku berhenti melahab sejenak .
         “Makasih sayang J, kalau begitu tiap hari            kesini juga taka pa buat makan masakan    bibi hehe”
         “waah makasih atas tawarannya bi”
Waktupun kulalui dengan bergabung dikeluarga Owen ini. Sungguh senang di damping Onoval juga.
Akupun berpamitan karena matahari mulai mengangkut cahayanya perlahan.
         “Paman , Bibi hari sudah sore, apa aku boleh        minta izin untuk kembali kerumahku? J
         “Baiklah sayang, hati – hati dijalan ya”
         “Iya Bi, makasih sudah diajak gabung buat          makan bersama”
         “Iya sama – sama J
Pergi meninggalkan meja makan itu dan keluar dai singgahan rumah Onoval di sertai Onoval yang mengekor patuh di belakangku berniat untuk mengantarkanku sampai kedepan pintu yang di sekelilingnya tak berpagar itu.
         “Besok berangkat bersama – sama ya !” pintaku .
         “Pasti J
         “Oke aku pulang”, izinku
         “Hati-hati dijalan Lily”
         “okay J
Berjalan meyusuri jalan setapak yang mulai tak terlihat oleh mata ini, karna taka da banyak lampu yang tersedia dijalan ini.
         “Boleh kuantar?”, secuil kata yang dikeluarkan Jenie yang tiba – tiba disampingku dengan sepedanya menemaniku berjalan .
         “Jenie???”
         “Iya ini aku”
         “Bagaimana kau ada disini? Apa kau   membuntutiku lagi?”
         “Menurutmu?”
         “Cepat pergi! Kalau Onovaltau dia bisa salah        sangka”
         “Tidak mungkin Onoval tau, kau tenang saja       Lily”
         “Kumohon Jenie, pergilah!”
         “Oke aku akan pergi , tapi setelah kau                   sampai rumah denganku”
         “Jangan bercanda Jenie, pergilaah!”
         “Kau fikir aku bercanda? Aku serius Lily”
Aku menyerah membujuk Jenie untuk pergi . Dia menemaniku berjalan sambil dituntunya sepeda yang semula di naiki tadi . Itu karena aku tak mau diboncengkan.
         “Kau masih punya hutang denganku J
         “yaah”
         “Dan aku ingin kau melakukannya besok di         depan teman – temanku”
         “Apa kau gila?”
         “Tidak sama sekali, apa kau keberatan?”      “Tentu aku keberatan! Jenie aku milik         Onoval . Jadi berpikirlah tentang perasaan      Onoval nantinya”
         “Bukankah kau sudah janji untuk                         menciumku?”
         “Bukan aku yang janji . Tapi kau yang        membuat janji itu !”
         “Jadi kamu tidak mau?”
         “Kenapa harus di depan teman – temanmu?”
         “Agar mereka tau aku masih mencintaimu”
         “Jenie kumohon !!!”
         “Tenang Lily.. Aku akan mencari tempat      yang aman agar yang lainnya tidak tau. Apa       kau mau terjadi sesuatu pada Onoval nanti?”
         “Oke baiklah! Aku akan melakukannya”
         “Aku suka itu”
         “Tapi aku tak suka itu !”
2
         Keesokan harinya Onoval sudah ada di depan rumah berniat menjemputku .
         “Lily”, panggilnya daru depan rumah, sedangkan aku endak mengeluarkan sepedaku dari dalam garasi.
Memang kita berangkat bersama , tapi tak berboncengan melainkan bersepeda sendiri – sendiri .
         “Ayo bernagkat”, ajakku pada Onoval . Tapi kenapa justru dia malah bengong sendiri memandangiku begitu dalam .
         “Onoval?” Kenapa bengong? Ayo berangkat?”
         “Oh My God , kau tau , kau cantik sekali Lily”
         “Oh ya? Apa kau bengong karna itu?”
         “Tentu , karna apa lagi? J
Ternyata Onoval bengong karna melihatku yang menurutnya cantik . Aku memakai jaket jeans dengan rambut pirangku yang di gerai . Senang bisa membuat Onoval kagum seperti itu.
         “Kau juga tak kalah tampan J” , pujiku balik .
         “yasudah kita berangkat sekarang”
         “oke”
Kita berduapun (aku dan Onoval) berangkat menuju kesekolah . Mengayuh sepeda dan bercanda itu yang kami lakukan selama di perjalanan . Betapa bahagiannya di pagi hari sudah merasakan kebahagiaan .
Setelah 30 menit lamanya, akhirnya sanpai juga di sekolah . Ku parkirkan sepeda bersebelahan dengan sepeda milik Onoval , lalu menuju kelas bersamannya . Kebetulan aku dan Onoval satu kelas , tapi tak sebangku . Aku duduk dibangku paling depan dekat pintu kelas, sedangkan Onoval ada di belakang sendiri tepatnya di pojok. Itu sangat menyusahkanku untuk menoleh kearahnya jika aku ingin melihatnya sewaktu – wkatu .
Kuhampiri bangku Onoval yang sedang duduk sendirian .
         “Hai J” , sapaku padanya yang lagi membaca komik (itulah hobynya)
         “Hai juga J”, sapanya balik melihatku sejenak .
         “Komik apa yang kau baca?”
         “Horor bus.. apa kau pernah membacanya?”
         “sama sekali belum”
         “Baiklah J
Sambil menunggu Onoval membaca komik, aku kembali kebangkuku semula .
         “Apa ini?” tanyaku penasaran melihat sehelai kertas yang dilipat diatas mejaku . Setelah kubuka , isinya yaitu : KU TUNGGU KAU DIBELAKANG SEKOLAH SEKARANG JUGA ! dan tertanda JENIE . Kenapa harus dia lagi?
Kumenoleh kearah Onoval untuk memastikan dia tidak melihatku keluar dari kelas dan menuju belakang sekolah yang ternyata sudah ada Jenie berdiri disana dengan 4 temannya yang terdiri dari Sharp, Mitch , Rich dan Kevin . Tentu aku sendiri yang satu – satunya anak cewek diantara 5 cowok ini .
         “Sekarang?” , tanyaku kepada Jenie
         “Kau terlihat cantik sekali hari ini”, balasnya basa basi .
         “Jangan banyak basa basi , sebentar lagi lonceng akan dibunyikan jam 8 tepat, aku tak mau membuang waktuku sia – sia disini”
         “Hellooo? Ini baru jam 7 Lily, jadi masih ada banyak waktu”, sahut Rich salah satu teman Jenie . Seketika aku menoleh kearah Rich berbicara yang di tangannya memegang sebuah camra digital .
         “Diam kau ! aku tidak berbicara denganmu !” bantahku kesal pada Rich yang ikut – ikutan .
         “Hey tunggu apa lagi? Cepat kalau tak ingin anak – anak yang lainnya tau”, Ujar Sharp menyarankan.
         “Baiklah, dengan sangat menyesal aku akan segera melakukannya !”, balasku .
Kupandangi mata Jenie tajam karna kesal.
Dia menarik tanganku dan aku jatuh dalam pelukannya di sertai ciuman yang terjadi. Aku benci melakukan ini semua. Jenie mendekapku terlalu erat sehingga menyusahkan aku untuk melepaskan bibir dan pelukan ini . Teman – temannya tertawa bahagia melihat aku dan Jenie berciuman . Karena mereka puas apa yang telah dilihat di depan matanya .
         “Cepat ambil gambarnya!” Kulihat kevin berbicara seperti itu pada Rich yang slalu menentengi cameranya kemana – mana setiap hari . Tiap dalam perjanjian taka da yang mengambil gambar ketika aku dan Jenie berciuman .
         “Yess! Kita dapat gambarnya guys .. haha” teriak Rich .
Setelah 5 menit berciuman , aku mendorong Jenie agar aku cepat terlepaskan dan mengakhiri semua ini .
         “Jenie ! Mereka mengambil gambar kita ciuman”
         “itu bagus Lily J
         “Kau licik !! dalam perjanjian tidak seperti itu !”
         “Lily sayaang ! dalam perjanjian tidak ada larangan kalau teman – temanku mengambil gambar saat kita berciuman, lagian bukan aku yang meminta tapi mereka sendiri J
Rasanya ingin menonjok wajah Jenie dan teman – temannya sampai biru memar . Merke menjebakku !
Aku berlari kembali kekelas di sertai amarah. Ternyata sudah ada Onoval yang menungguku di bangku sambil memegang komik yang akan di pinjamkannya kepadaku tadi .
         “Kau darimana?”, tanyanya
         “Emm .. aku? Aku habis dari toilet tadi” jawabku berusaha mengelak dari kenyataan yang ada .
         “Ohh, ini komiknya”, diserahkannya komik dengan judul “Horor bus” yang habis di abaca .
         “Kelihatannya menarik J
         “Memang sangat menarik , apalagi endingnya J
Saat kubuka halaman pertama , kudapati sebuah nama terpampang dengan jelas . Siapa lagi kalau bukan namaku dengan nama Onoval (merasa tersanjung jadinya J)
         “apa ini kau yang menulis?”, Tanya ku oada Onoval yang daritasdi terus memperhatikanku.
         “Iya J, itu aku yang menulisnya , Apa kau tak suka ?”
Memandangnya sejenak lalu kupeluk dia dengan tesenyum bahagia .
         “Aku sangat menyukainya . terimakasih J
         “Your’e welcome dear, masih ada banyak lagi selain ini”
         “Oh ya?”
         “Lihat ini !” ditunjukkanya namaku lagi.
Kali ini membuatku merasa terkejut. Karna Onoval menulisnya dikerah baju yang dia pakai saat ini. Spidol permanent yang digunakan. Katanya supaya tidak cepat luntur seperti halnya cinta Onoval padaku. Tapi bukan berarti Onoval tak pernah mengganti pakaiannya, melainkan disemua kerah baju sengaja ia tulis namaku. Akupun tertarik melakukan apa yang dilakukan Onoval. Kuambil spidol permanent dari dalam tasku dan kuberikan pada Onoval. Kali ini aku ingin dia sendiri yang menulisnya.
         “Boleh minta tolong ?”
         “Dengan senang hati”
Aku berbalik badan dan Onoval mulai menulis namanya.
         “Selesai”
         ‘Makasih J
Diserahkannya spidol milikku. Aku dan Onoval saling bertatap muka satu sama lain disertai senyuman yang kita miliki masing – masing .
         “ONE HEART!”  Itu lah yang kami ucapkan bersamaan dengan menyatukan jari kelingking.
Aku bersandar di bahu Onoval merasakan hanta cintanya. Semoga hari ini menjadi hari yang indah antara aku dan Onoval itu yang aku harapkan .
         “Kau ada acara pulang sekolah?” ,
         “Ibu menyuruhku tinggal dirumah sepulang sekolah, karena keluargaku yang ada diluar kota sana hendak berkunjung “
         “So? Kau akan jadi orang yang sibuk?”
         “Mungkin seperti itu tapi hanya sehari”
         “Setelah itu?”
         “Mungkin sudah tidak , memangnya kenapa?”
         “Sebenarnya aku mau mengajakmu pergi”
         “Oh ya? Kemana ?”
         “Yaah”
         “Kesuatu tempat J
         “Dimana itu? “
         “Lihat saja besok!”
         “Okey J
Jam sudah menunjukkan pukul 08.00 itu artinya Onoval harus kembali ketempat duduknya dan menikmati materi demi materi yang disampaikan oleh guru matematika yaitu Mrs Liselore . Tentu saja itu sangat membuatnya seperti burung berada dalam sangkar . Jenuh, bosan sudah pasti menyertainya karena Onoval memang tidak menyukai satu pelajaran ini dari dia beranjak mengenal yang bernama Mathematic , itu katanya.
Beda sekali denganku, justru di pelajaran matematika lah namaku jadi banyak di kenal anak – anak satu sekolah atau mungkin juga sekolah lain.
         “Mrs , apa aku boleh izin ke toilet?”
         “Okey, kuharap kau tak lama Onoval”
Sebelum benar – benar melangkahkan kakinya keluar dari batas pintu kelas, tak lupa Onoval pun menitipkan senyumannya kepadaku . Semoga dia tidak mengambil lagi senyuman yang telah dititipkannya tadi ketika selesai dari tempat yang dikunjunginya (Toilet ^^).
         *And no one know
         Why I’m into you
         Cause you’ll never know
         What it’s like to walk in our shoes
         And no and know
         The tings we’ve been through
         Can never measure up to half
         Of what I put you through
         And I don’t care what the say
         I’m gonna be with you
         I’m gonna be with you
         I wanna be with you
         And I don’t care what they do
         I’m gonna be with you
         I’m gonna be with you
         I’m gonna be with you*
Setekah beberapa menit kemudian dan jarum jampun terus berjalan memutar searah debgan jarum pendek tepatnya diangka 10.00 dimana pelajaran matematika sudah selesai disertai Mrs. Liselore yang keluar dari kelas. Tapi Onoval belum kembali juga. Apa terjadi sesuatu dengannya ?. Melihat  perasaanku yang terus tidak tenang , aku memutuskan untuk menghampirinya meski sebenarnya tempat itu tidak boleh dikunjungi oleh anak cewek. Apa boleh buat ? aku kan hanya menghawatirkan pacarku saja, taka da maksud lain. Karna Onoval tak pernah pergi ketoilet selama ini.
         “Josh, apa didalam ada Onoval ?” tanyaku pada Josh yang keluar dari tempat yang sama.
         “Lily ? sedang apa kau disini ?”
         “Aku mencari Onoval”
         “Ooo dia tidak ada didalam”
         “Apa kau yakin dia tak ada ?”
         ‘’Sangat yakin. Didalam hanya ada Jenie dan teman-temannya itu saja”
Tak lama menyebut nama Jenie dan teman-temannya,tiba-tiba  yang disebutkanpun keluar juga dari toilet dan menghampiriku bersama Josh didepan toilet.
         “Lily, aku pergi dulu ya  ?” pamit Josh.
         “Iya Josh, makasih ya J
         “Sama-sama Lily J
Disaat aku hendak pergi juga untuk meneruskan mencari Onovaal, Jenie lagi-lagi menarik tanganku setelah dibelakang sekolah tadi pagi.
         “Mau kemana ?”
         “Bukan urusanmu”
         “Tentu saja menjadi urusanku”
         “Lepaskan tanganku !!”
         “Kalau tidak mau ?”
         “Jenieee,,lepaskan tanganku !”
         “Lily sebaiknya kau ikut aku !”
         “Tidakkkkkk……!!!!!”
         “LEPASKAN TANGAN LILY…..!”
         “Onovalll ???”
         “O’ow,,,sikecil kita mau jadi pahlawan bertopeng “
Sindir Jenie menertawakn Onoval yang ingin membantuku. Onoval menghampiri dan memukul Jenie hingga membuatnya jatuh tersungkur dilantai.
         “Hi apa yang kau lakukan pada Jenie?“
Sharp,Mitch,Rich dan Kevin tidak terima atas apa yang dilakukan Onoval pada Jenie yang dianggap mereka siapa bos mereka. Teman-teman Jenie mendorong dan mengeroyok Onoval.
         “Stooooopppp…..!!!!!!!! hentikannnnn !!!!”. Leraiku dengan berteriak. Tapi tetap omonganku tak didengar.
         “Hei sudah hentikan !!”. tambah Jenie
seketika itupun pertengkaran berhenti mendengar perkataan Jenie . Aku harap mereka benar – benar berhenti mengeroyok Onoval yang sudah kelihatan bibirnya berdarah . 

Sementara ini dulu yaa..yang lanjutannya entar nyusul . sebenarnya udah ada lanjutannya tapi males ngetik hahaha :D. Thanks

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar